Silat Pangean, Termasuk dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, terdapatlah sebuah wilayah namanya Pangean. Dari sini dikenali asal mula silek pangean ke pelosok negeri.
Dalam riwayat, menurut buku Kulik Kore (Tambo) negeri Pangean, peradaban negeri ini berawal dari sebuah bukit di Pangean yang namanya Bukit Sangkar Puyuh saat ini Koto Tinggi Pangean. Nama bukit ini diambil dari memiliki bentuk yang seperti Sangkar Burung Puyuh.
Sebelumnya Bukit Sangkar Puyuh dilingkari tangkai manau (semacam rotan memiliki ukuran besar) yang tumbuh di pangkal batang cendawan besar. Manau ini melingkar menurut arah jarum jam pada tengah kaki bukit dan usai pada pangkal permulaan tempat tumbuhnya. Oleh warga di tempat, cendawan yang tumbuh di pangkal manau ini diberi nama cendawan upeh. Karena memiliki kandungan toksin yang mematikan, oleh warga cendawan upeh dihilangkan.
Bersamaan berakhirnya waktu, oleh warga di tempat sisa cendawan tumbuh ini jadi lokasi pendirian masjid. Berikut masjid pertama kali yang berada di Pangean yang diprediksi berdiri pada era ke-17. Awalannya pemerintah Bukit Sangkar Puyuh digenggam oleh Datuk Lebar Dado, Datuk Sebatang Rusuk dan Datuk Bandaro Putih. Menurut salah seorang warga, tiga datuk berikut leluhur orang Pangean. "Datuk Lebar Dado benar-benar gagah dan berwibawa. Beliau mampu memerah besi jadi cair," kata warga itu mengambarkan ketrampilan Datuk Lebar Dado. "Disamping itu bukti kekuatannya ialah sukses membunuh perusuh yang dikenali hantu Pak Buru. Cerita warga ini ditunjukkan ada makam hantu Pak Buru memiliki ukuran empat mtr. yang berada sekitaran 100 mtr. arah barat Koto Pangean.
Pada tangan kepimpinan tiga datuk itu Dusun Pangean makin mengalami perkembangan. Apa lagi waktu itu negeri Pangean di ramaikan oleh pendatang negeri tetangga, seperti negeri Toar (saat ini Kecamatan Gunung Toar) yang ada di samping hilir negeri, dan pendatang dari Minangkabau yang pindah ke wilayah ini. "Waktu itu kerajaan Pagaruyung terserang oleh kerajaan Majapahit di bawah tahta Adityawarman," ungkapkan masyarakat. Kombinasi dari beberapa pendatang ini selanjutnya diperhitungkan membuat beberapa suku di Pangean hingga saat ini.
Tanah Pangean populer juga dengan persilatannya, nama yang tidak asing untuk pesilat di Kuantan. Silat ini diturunkan secara turun-temurun oleh guru besar silat Pangean yang dikenali bernama Induak Barompek. "Bila selanjutnya nama silat Pangean kedengar asing untuk orang pemula ini dapat dimengerti. Karena silat Pangean semakin banyak tutup diri supaya orisinalitasnya terbangun," terang salah seorang guru silat Pangean yang malas disebutkan namanya.
Karena karakternya yang tertutup, sekarang banyak terjadi kesimpangsiuran narasi mengenai asal mula silat Pangean. Ada yang menjelaskan silat datang dari Lintau, Sumatera Barat. Tetapi narasi ini dibantah oleh salah seorang Induak Barompek. Dia juga selanjutnya menerangkan asal mula lahirnya silat Pangean.
Narasi berawal saat salah seorang warga dari negeri Rantau Kuantan yang bertitel Bagindo Rajo pergi berguru ke Datuk Betabuh di Lintau, Sumatera Barat. Kepergiannya mempunyai tujuan untuk pelajari agama Islam dan silat sebagai seni untuk bela kepercayaan agama. Ketika kepergiannya ke Lintau itu, istri Bagindo Rajo, Gadi Ome, yang masih tetap tinggal di Pangean mimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya, Gadi Ome dikunjungi arwah Syekh Maulana Ali yang tiba dari tanah suci Mekkah.
Selainnya berjumpa Syekh Ali, Gadi Ome berjumpa istri Syekh Ali yang namanya Halimatusakdiah. Dari Halimatusakdiah, Gadi Ome belajar pengetahuan silat. "Jadi Bagindo Rajo dan Gadi Ome sebagai guru yang pertama kalinya mengajari silat Pangean. Oleh karenanya pada silat Pangean ada dua karakter yang lain. Yang satu kasar, keras dan satu kembali lunak, kurang kuat gemulai tetapi mematikan," jelas salah seorang Induak Barompek, penerus silat ini.
Menurut guru silat Pangean ini, Saluran silat Pangean yang kasar datang dari Bagindo Rajo, dan yang lunak datang dari Gadi Ome. "Silat Pangean memanglah tidak datang dari Lintau. Karena pengetahuan silat yang didapat Bagindo Rajo di Lintau kalah jauh dibandingkan yang didapat istrinya. Karena itu si suami belajar dari istrinya. Dengan demikian siswa pertama Gadi ome ialah Bagindo Rajo," terang guru itu.
Bersamaan perjalanannya, pasangan suami istri ini mulai turunkan ketrampilan silat mereka. Sebelumnya, silat cuman diberikan di kelompok keluarga. Gadi Ome turunkan pengetahuan silat menurut suku yang ada kepadanya (matrilineal). Dan Bagindo Rajo turunkan ilmunya ke kemenakan dari turunan ibu.
Datuk Untuik ialah orang yang pertama jadi siswa Bagindo Rajo. Datuk Untuik dipilih jadi siswa karena Bagindo Rajo mempunyai utang budi pada ayahnya, Tan Ganas. Saat Bagindo Rajo menuntut pengetahuan ke Lintau, Tan Ganas sebagai orang yang jaga Gadi Ome di desa halaman. Dari Datuk Untuik, pengetahuan silat kembali di turunkan ke Pendekar Malin, Maliputi, Pak Ngacak, dan Menti Kejan. Selesai itu, baru Penghulu Sati, dan Datuk Bungkuk dari Lubuk Jambi yang tiba berguru.
Ke-4 siswa pertama Datuk Untuik ini selanjutnya dipilih jadi Induak Barompek. Gelar paling tinggi yang digunakan dalam persilatan ini sampai sekarang ini. Mereka sebagai barisan guru yang bekerja untuk jaga kemurnian dan turunkan pengetahuan silat Pangean. "Sampai saat ini Induak barompek sudah banyak ganti orang, tetapi masih tetap memakai nama Induak Barompek," kata salah seorang Induak Barompek.
***
PADA awalannya, silat Pangean cuman diberikan ke anak dan kemenakan. Karenanya silat memiliki sifat tertutup dan diberikan secara diam-diam. Sampai akhirnya orang makin banyak yang ingin belajar silat Pangean. Saat itu, Penghulu Suku Caromin, Datuk Pakomo yang bertitel Datuk Penghulu Sati, minta ke guru silat supaya pengetahuan silat yang ada kepadanya diberikan ke semua anak kemenakan di negeri Pangean.
"Ketetapan berdasar persetujuan dan permufakatan. Dengan ketentuan tidak seluruhnya pengetahuan silat yang diberikan ke siswa. Yang sapicik (sedikit,red) punya guru masih tetap tinggal pada guru, dan yang satu genggam diberi dan diberikan ke banyak orang," katanya menerangkan ketentuan yang dibikin penghulu negeri.
Di dalam meraih arah peningkatan silat dan dalam rencana melestarikan kebudayaan warga Pangean, penghulu tradisi buka situs silat dari sisi Masjid Koto Tinggi. Di sini sebuah balai tradisi dibangun. Disamping itu, dalam rencana pemerataan ketrampilan silat, beberapa guru silat Pangean memberikan ijin untuk dibukanya situs silat di masing-masing banjar. Dalam aplikasinya, silat Pangean terbagi dalam permainan dan pergulatan. Tarian silat menyambut menyongsong gempuran ini kerap dimainkan di halaman. Ini berlainan dalam edukasi silat ke siswa tingkat atas yang sudah dilakukan di dalam rumah.
Dalam pergerakan, silat Pangean dikenali dengan gerak halus dan gemulai. Walau demikian tiap pergerakan simpan dampak yang mematikan. Karena itu tidak semuanya orang bebas pelajari. Untuk belajar pengetahuan silat Pangean ada persyaratan yang lebih dulu harus disanggupi si siswa. Persyaratan itu berbentuk berani patah, berani buta, berani mati dan berani berutang.
"Tujuannya ialah diputus hati pada yang tidak bagus. Butakan pertimbangan pada kejahiliyahan. Matikan hati tidak untuk melakukan perbuatan terburukan. Menghentikan yang dilarang dan lakukan kebaikan. Dan tiap syarat ini sesuai tuntunan Islam," terang Muhardi, Pendekar Loma, salah satunya turunan silat dari istri Datuk Bagindo Rajo.
Semenjak digulirkannya sampai sekarang, ketetapan lama mengenai pewarisan kedudukan guru dalam silat Pangean masih tetap berlaku. Disamping itu ajang yang dikasih juga berlainan di antara turunan Bagindo Rajo dan Gadi Ome. Turunan Datuk Bagindo Rajo memakai ajang datuk, dan turunan Gadi Ome bertitel pendekar.
Bahkan juga menurut narasi guru silat Pangean, seorang guru belum bisa disemayamkan saat wafat saat sebelum dipilih orang yang hendak gantikan posisinya. Dan kalaulah terjadi keruwetan dalam tentukan alternatif, karena itu diurutkan kembali serangkaian sejarahnya. "Menyimpang di ujung jalan kembali lagi ke pangkal jalan," tutur salah satunya guru silat ini berpetuah.
Sekarang, seiring waktu berjalan silat Pangean mendapatkan perhatian yang luas. Bukan hanya di rantau Kuantan, tetapi mulai dikenali di Indragiri dan wilayah Riau yang lain. Bahkan juga dampak silat Pangean tumbuh di Malaysia dan Amerika. "Di Amerika silat ini datang bernama Perkelahian Rapat Tangan Kaki Senjata (Peratekisendo)," tutur Induak Barompek setelah itu.