Sejarah Islam Masuk Ke Tanah Betawi-Betawi sebuah suku di Indonesia yang sebagian besar beragama Islam. Orang Betawi ini menetap di Ibu-kota Jakarta dan wilayah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Pada jaman penjajahan Belanda, Betawi jadi warga sebagian besar di Jakarta yang saat itu namanya Batavia. Nama Betawi ini datang dari Batavia (berbeda nama jadi Batavi dan Batawi) selanjutnya disebutkan Betawi oleh warga lokal.
Keberadaan Betawi mulai terkenal sesudah organisasi "Pemoeda Kaoem Betawi" atau Pemuda Golongan Betawi didirkan pada Tahun 1927. Lantas, bagaimana riwayat sejarah islam masuk di tanah Betawi?
Beberapa literatur mengatakan, orang Betawi sudah menempati Jakarta semenjak Era 17.
Suku Betawi sebagai akulturasi dari beberapa warga multietnik yang membaur dan membuat sebuah substansi baru.
Suku Betawi sebagai akulturasi dari beberapa warga multietnik yang membaur dan membuat sebuah substansi baru.
Ada beberapa versus mengenai riwayat Sejarah Islam masuk di tanah Betawi dan penyebarannya. Tidak ada satu opini yang serupa mengenai kapan Islam segera masuk di daerah ini.
Yang jelas Sejarah Islam sudah masuk ke tanah Betawi pada era ke-17. Ini ditunjukkan dengan kehadiran beberapa mushola tua di Jakarta. Salah satunya,
- Mushola Daerah Sawah, Jembatan Lima yang dibangun Tahun 1717.
- Mushola Pekojan (Tahun 1750)
- Mushola Angke (Tahun 1760)
- Mushola Daerah Bandan
- Mushola Luar Tangkai yang tahun berdirinya sekitaran akhir era ke-18.
- Mushola Marunda yang diprediksi berdiri berbentuk mushalla di awal era ke-17.
Dalam Buku 27 Habaib Punya pengaruh di Betawi; pengkajian kreasi cendekiawan dan kreasi sosial Habaib Betawi dari era ke-17 sampai era ke-21 diterangkan beberapa babak penebaran Islam di Betawi.
Opini umum sama seperti yang diambil Abdul Aziz, Islam masuk di tanah Betawi di saat Fatahillah (Fadhillah Khan) menggempur Sunda Kelapa untuk menghapuskan wargaan Portugis di tanggal 22 Juni 1527. Versus lain dari budayawan Betawi, Ridwan Saidi mengatakan jika Islam masuk pertama kalinya di tanah Betawi bermula dari kehadiran Syaikh Hasanuddin yang selanjutnya dikenali bernama Syaikh Quro, ulama dari Kamboja di tahun 1409.
Beberapa babak perubahan Sejarah Islam beserta riwayat keulamaan di tanah Betawi tercipta:
- Babak awalnya penebaran Islam di Betawi dan sekelilingnya (1418-1527)
Syaikh Quro, Kean Santang, Pangeran Syarif Lubang Buaya, Pangeran Papak, Dato Tanjung Kait, Kumpi Dato Depok, Dato Tonggara dan Dato Ibrahim Condet, Dato Biru Rawa Bangke. - Babak kelanjutan penebaran Islam (1522-1650)
Fatahillah (Fadhillah Khan), Dato Wan, Dato Makhtum, Pangeran Sugiri Daerah Padri, Kong Ja'mirin Daerah Marunda. - Babak kelanjutan ke-2 penebaran Islam (1650-1750)
Abdul Muhid bin Tumenggung Tjakra Jaya dan turunannya yang berbasiskan di Mushola Al Manshur Jembatan Lima, turunan dari Pangeran Kadilangu, Demak yang berbasiskan di Mushola Al-Makmur, Tanah Abang. - Babak Pertama Perubahan Islam (1750-sampai awalnya Era ke-19)
Habib Husein Alaydrus Luar Batang dan Syaikh Junaid Al-Betawi, Pekojan. - Babak Ke-2 Perubahan Islam dari Era ke-19 sampai sekarang ini.
Dalam babak perubahan dari Era ke-19 berikut selanjutnya lahir seorang ulama benar-benar punya pengaruh yang Mufti Betawi, Habib Usman bin Yahya. Tidak saja di Jakarta, Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara.
Menurut Habib Ismail bin Yahya jika dalam sebuah kunjungan ulama Pattani Thailand ke salah satunya ponpes di Sukabumi, mereka mendapati beberapa karya Habib Usman bin Yahya dengan bahasa Arab Melayu. Mereka menjelaskan jika pada tempat mereka di Pattani, beberapa karya Habib Usman bin Yahya masih diberikan.
Habib Ali Yahya mengatakan jika kreasi Habib Usman bin Yahya ada 150-an buah. Salah seorang ulama yang simpan sebagian besar beberapa karya Habib Usman bin Yahya ialah KH Tubagus Ahmad Bakri yang dekat diundang Mama Sempur Plered karena tinggal di wilayah Sempur, Plered, Purwakarta.
Figur Habib Usman bin Yahya benar-benar punya pengaruh untuk perkembangan Islam di tanah Betawi. Beliau sudah habiskan waktunya mengangsu pengetahuan ke beragam negara seperti Turki, Palestina, Suriah, Tunis, Aljazair sampai Hadhramaut Yaman. Beliau kembali lagi ke Batavia (Jakarta) lewat Singapura pada 1279 H/1862 M dan jadi Mufti Betawi.
Hasil dari riset Ridwan Saidi dan Alwi Shahab, jika Majelis Taklim Habib Ali Kwitang (Habib Ali al-Habsyi) yang melakukan aktivitas pada 20 April 1870 sebagai yang mejelis paling tua di Betawi. Sesudah Habib Ali Kwitang meninggal dunia, majelisnya dilanjutkan oleh anaknya, Habib Muhammad al-Habsyi, dan diteruskan oleh cucunya Habib Abdurrahman al-Habsyi.
Dari Majelis Taklim berikut ada ulama-ulama besar Betawi, seperti KH Abdullah Syafi'ie (pendiri Perguruan Islam Asy-Syafi'iiyyah) dan KH Tohir Rohili (pendiri Perguruan Islam Ath-Thahiriyah). Ke-2 nya selanjutnya membangun majelis taklim dan berkembang cepat ke beragam pelosok Jakarta dan sekelilingnya.
Itulah tulisan mengenai "Sejarah Islam Masuk Ke Tanah Betawi" semoga bermanfaat bagi penerus bangsa ini agar lebih mengetahui lagi sejarah negara nya. Wallahu A'lam